
Wangsatunggal mendirikan kerajaan ini pada tahun 1333. Menurut naskah Wangsakerta. Lokasi pusat kerajaan Tanjung Jaya diperkirakan di daerah Muara dekat "kali kawin" (pertemuan kali Ciliwung dengan kali Cijantung). Kerajaan ini awalnya bernama Tanjung Kalapa dan berpusat di Tanjung Timur (Condet) tetapi oleh Wangsatunggal pusat Kerajaan Tanjung Kalapa (taklukan Tarumanagara) dipindahkan ke Tanjung Barat. Prabu Wangsatunggal kemudian mengganti nama Tanjung "Kalapa" dengan Tanjung "Jaya". Raja-raja Tanjung Jaya berturut-turut adalah:
- Prabu Wangsatunggal
- Ratu Munding Kawati
- Raja Mental Buana
- Raja Banyak Citra
- Raja Cakralarang
- Ratu Kiranawati (ratu terakhir).
Sumber sejarah tentang kerajaan Tanjung Jaya ini memang hanya berasal dari Naskah Wangsakerta, sayangnya naskah ini termasuk kontroversial karena diragukan validitasnya.
Islam di Tanjung Jaya ( Sekarang Tanjung Barat )
Tidak diketahui kapan tepatnya Islam masuk ke kerajaan ini tetapi menurut kajian budayawan Betawi Ridwan Saidi hal ini bisa dirunut dari berdirinya Pesantren Syekh Quro atau Syekh Hasanuddin di Karawang pada tahun 1418. Syekh Quro adalah seorang pendakwah asal Kamboja yang pengaruhnya terasa hingga ke keraton Tanjung Jaya sehingga banyak pembesar-pembesar keraton yang masuk Islam. Saat dipimpin Ratu Kiranawati, agama Islam sudah berkembang pesat. Hal ini berbeda dengan di kerajaan Sunda dimana pengaruh Hindu di keraton masih sangat kuat.
Selain dikenal sebagai seorang muslimah yang taat, Ratu Kiranawati juga terkenal dengan kecantikan wajahnya sehingga oleh rakyatnya dijuluki dengan Ratu Kebagusan. Ratu Kiranawati wafat dan dimakamkan di daerah Ratu Jaya Depok. Pada masa pemerintahan Ratu Kiranawati, salah satu Adipati Kerajaan yang bernama Pangeran Papak menjadi salah satu dari Tujuh Wali Betawi. Ke-tujuh wali Betawi adalah: Syekh Quro, Pangeran Cakrabuana (Kian Santang), Pangeran Darma Kumala, Kumpi Datuk, Habib Sawangan, Pangeran Papak dan Ki Aling [2]. Ketujuh 'wali Betawi' ini, hidup sebelum penyerbuan Fatahillah ke Sunda Kelapa.
Asal usul komunitas Betawi di Tanjung Barat memiliki kaitan erat dengan sejarah panjang pendudukan dan perkembangan wilayah Jakarta. Berikut ini adalah beberapa poin penting mengenai asal usul Betawi di Tanjung Barat:
Perkembangan Wilayah Jakarta:
- Tanjung Barat adalah salah satu wilayah yang menjadi bagian dari Jakarta Selatan. Sejarah komunitas Betawi di Tanjung Barat tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kota Jakarta itu sendiri, yang dulunya merupakan pelabuhan penting dan pusat perdagangan di Nusantara.
Pengaruh Kolonial Belanda:
- Pada masa kolonial Belanda, wilayah Jakarta, termasuk Tanjung Barat, mengalami perubahan besar dalam struktur sosial dan ekonomi. Pembangunan infrastruktur oleh kolonial, seperti jalan raya dan sistem irigasi, turut mendorong perpindahan dan penetapan komunitas Betawi di area ini.
- Betawi adalah hasil asimilasi berbagai etnis yang datang ke Batavia (nama lama Jakarta), termasuk orang Jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, Melayu, dan lainnya, yang akhirnya membentuk komunitas unik dengan bahasa dan budaya sendiri.
Perpindahan Penduduk dan Pertanian:
- Banyak penduduk Betawi awal yang menetap di Tanjung Barat adalah petani yang memanfaatkan lahan subur di sekitar sungai dan daerah pedesaan untuk bercocok tanam. Pertanian menjadi salah satu mata pencaharian utama mereka.
- Lahan pertanian dan perkebunan di Tanjung Barat menarik banyak penduduk untuk menetap dan mengembangkan komunitas di sana.
Peranan Jawara Betawi:
- Para jawara Betawi memainkan peranan penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Tanjung Barat. Mereka tidak hanya dihormati sebagai ahli bela diri, tetapi juga sebagai pemimpin yang memediasi konflik dan melindungi komunitas mereka.
- Jawara-jawara ini juga berperan dalam mempertahankan budaya dan tradisi Betawi, termasuk seni bela diri, musik, dan tari.
Budaya dan Tradisi:
- Komunitas Betawi di Tanjung Barat mempertahankan berbagai tradisi dan budaya yang khas, seperti upacara adat, seni pertunjukan (lenong, gambang kromong), dan kuliner khas Betawi.
- Tradisi-tradisi ini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi di Tanjung Barat dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pengaruh Modernisasi:
- Seiring berjalannya waktu, modernisasi dan urbanisasi membawa perubahan signifikan di Tanjung Barat. Meskipun demikian, komunitas Betawi berusaha untuk tetap mempertahankan identitas dan warisan budaya mereka di tengah perkembangan kota.
Komunitas Betawi di Tanjung Barat adalah hasil dari proses panjang sejarah, perpindahan penduduk, dan asimilasi budaya yang mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi di Jakarta. Warisan budaya mereka terus menjadi bagian penting dari identitas wilayah ini.
Sejarah dan Asal Usul
Tanjung Barat, sebuah wilayah di Jakarta Selatan, memiliki sejarah panjang yang terkait erat dengan perkembangan kota Jakarta. Komunitas Betawi di Tanjung Barat merupakan bagian integral dari mosaik budaya Jakarta yang kaya dan beragam. Asal usul masyarakat Betawi di sini tidak terlepas dari sejarah panjang migrasi, perdagangan, dan kolonialisme di Batavia, nama lama Jakarta.
Pembentukan Komunitas Betawi
Komunitas Betawi terbentuk dari asimilasi berbagai kelompok etnis yang datang ke Batavia, termasuk orang Jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, Melayu, dan lainnya. Pada awalnya, banyak penduduk Betawi di Tanjung Barat yang menetap sebagai petani, memanfaatkan lahan subur di sekitar sungai untuk bercocok tanam. Selain pertanian, komunitas ini juga dikenal dengan perdagangan dan kerajinan tangan.
Peran Jawara Betawi
Salah satu aspek penting dari masyarakat Betawi di Tanjung Barat adalah peran para jawara. Jawara Betawi tidak hanya dikenal karena keahlian bela diri mereka, tetapi juga karena peran mereka dalam menjaga keamanan, mediasi konflik, dan perlindungan terhadap komunitas. Mereka dihormati sebagai pemimpin informal yang memainkan peran signifikan dalam struktur sosial masyarakat.
Budaya dan Tradisi
Budaya Betawi di Tanjung Barat sangat kaya dan beragam, mencakup berbagai aspek kehidupan seperti:
- Seni Pertunjukan: Seni pertunjukan seperti lenong dan gambang kromong adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Betawi. Lenong adalah teater rakyat Betawi yang sering menampilkan cerita-cerita lucu dan satir tentang kehidupan sehari-hari, sementara gambang kromong adalah musik tradisional yang memadukan unsur-unsur Tionghoa dan Betawi.
- Upacara Adat: Berbagai upacara adat seperti pernikahan, sunatan, dan upacara kematian diadakan dengan penuh tradisi dan ritus yang diwariskan turun-temurun.
- Kuliner: Makanan khas Betawi seperti kerak telor, soto Betawi, dan nasi uduk menjadi bagian penting dari identitas kuliner masyarakat Betawi.
Pengaruh Modernisasi
Modernisasi dan urbanisasi telah membawa perubahan signifikan di Tanjung Barat, mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat Betawi. Namun, di tengah arus modernisasi, komunitas Betawi tetap berusaha mempertahankan identitas dan warisan budaya mereka. Banyak inisiatif lokal yang didorong oleh masyarakat dan pemerintah untuk melestarikan budaya Betawi, seperti festival budaya, pelatihan seni tradisional, dan program edukasi budaya di sekolah-sekolah.
Tantangan dan Masa Depan
Masyarakat Betawi di Tanjung Barat menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan dari urbanisasi yang cepat, perubahan sosial, dan ekonomi. Namun, dengan upaya bersama dari berbagai pihak, ada harapan bahwa warisan budaya Betawi dapat terus dilestarikan dan berkembang. Inisiatif pelestarian budaya, pendidikan tentang sejarah Betawi, dan dukungan dari pemerintah serta komunitas lokal menjadi kunci untuk menjaga agar budaya Betawi tetap hidup dan relevan di masa depan.
Kesimpulan
Masyarakat Betawi di Tanjung Barat adalah simbol dari kekayaan budaya Jakarta yang beragam. Dengan sejarah panjang dan tradisi yang kaya, mereka telah memberikan kontribusi besar terhadap identitas kota ini. Melalui upaya pelestarian dan adaptasi terhadap perubahan zaman, warisan budaya Betawi di Tanjung Barat diharapkan akan terus hidup dan menjadi bagian penting dari cerita besar Jakarta sebagai kota global dengan sejuta pesona.
Tanjung Barat, sebagai salah satu wilayah di Jakarta Selatan, memiliki berbagai keunikan yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarahnya. Berikut adalah beberapa hal unik yang dapat ditemukan di Tanjung Barat:
1. Jejak Sejarah Betawi
Tanjung Barat memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan komunitas Betawi. Banyak tempat dan tradisi di sini yang masih mempertahankan jejak sejarah Betawi, seperti rumah-rumah tradisional Betawi dan cerita-cerita lokal tentang jawara Betawi.
2. Kampung Betawi
Di Tanjung Barat, masih terdapat kampung-kampung yang mempertahankan budaya Betawi dengan kuat. Di sini, pengunjung dapat melihat arsitektur rumah Betawi, menikmati makanan khas Betawi, dan menyaksikan pertunjukan seni tradisional seperti lenong dan gambang kromong.
3. Kuliner Khas Betawi
Tanjung Barat dikenal dengan beragam kuliner khas Betawi yang lezat. Beberapa makanan yang wajib dicoba di sini antara lain kerak telor, nasi uduk, soto Betawi, dan dodol Betawi. Banyak warung dan restoran lokal yang masih mempertahankan resep asli dan metode memasak tradisional.
4. Festival dan Upacara Adat
Di Tanjung Barat, berbagai festival dan upacara adat Betawi masih rutin diselenggarakan. Festival-festival ini biasanya melibatkan pertunjukan seni tradisional, lomba-lomba budaya, dan pameran kuliner. Upacara adat seperti pernikahan dan sunatan juga sering dilakukan dengan penuh tradisi dan menjadi daya tarik tersendiri.
5. Taman dan Ruang Terbuka Hijau
Meskipun berada di area perkotaan, Tanjung Barat memiliki beberapa taman dan ruang terbuka hijau yang menawarkan tempat rekreasi dan bersantai bagi warga setempat. Tempat-tempat ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan komunitas dan acara-acara keluarga.
6. Kerajinan Tangan
Tanjung Barat juga dikenal dengan berbagai kerajinan tangan khas Betawi. Banyak pengrajin lokal yang masih membuat dan menjual barang-barang seperti batik Betawi, anyaman bambu, dan suvenir-suvenir tradisional.
7. Seni Bela Diri Betawi
Silat Betawi adalah seni bela diri yang masih dilestarikan di Tanjung Barat. Beberapa perguruan silat di wilayah ini mengajarkan teknik-teknik bela diri tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. Demonstrasi silat sering diadakan dalam acara-acara budaya dan festival.
8. Komunitas Religius yang Harmonis
Masyarakat di Tanjung Barat dikenal dengan keberagaman agama dan kepercayaan yang hidup berdampingan dengan harmonis. Berbagai tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan pura dapat ditemukan di sini, mencerminkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
9. Aktivitas Komunitas
Berbagai komunitas di Tanjung Barat sering mengadakan kegiatan sosial dan budaya yang melibatkan warga setempat. Kegiatan seperti gotong royong, pengajian, dan latihan seni menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Keunikan-keunikan ini menjadikan Tanjung Barat sebagai wilayah yang tidak hanya kaya akan sejarah dan budaya, tetapi juga menawarkan pengalaman autentik dan menarik bagi siapa saja yang mengunjunginya.