Berbicara tentang asal-muasal nama kata Betawi adalah hal yang sangat menarik, kenapa menarik? Karena nama Betawi ini berada di jantungnya Negara Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta. Tentu karena keberadaan nama tersebut berada di Jantung Negara RI ini, adalah hal yang pantas jika nama ini kita kaji lebih dalam. Amatlah aneh jika di jantung Negara ini kita tidak tahu asal usul nama Betawi, baik itu penduduk asli maupun bagi Pendatang, bagi saya pribadi mengetahui asal-usul nama Betawi jelas hukumnya wajib, karena dengan kita tahu akar sejarah dari nama Betawi, kita akan lebih mudah memahami karakter, kehidupan dan juga idiologi mereka. Terus terang karena sejak dulu saya sudah lahir dan besar di Betawi sedikit banyak saya juga akhirnya belajar tentang apa itu nama Betawi. Kebetulan sejak dulu ayah saya juga akrab dengan beberapa dedengkot Betawi tempo dulu seperti Bang Fi’i/Letkol Imam Syafi’i Pendiri Cobra (Organisasi Keamanan Jakarta yang dulu cukup dihormati), Mat Bendot atau Ahmad Benyamin (Koordinator Jawara Betawi dari Tanah Tinggi dan Planet Senen), Bir Ali dari Kampung Cikini Kecil Jakarta Pusat, bahkan ayah saya juga cukup akrab dengan seniman-seniman Senen yang berasal dari Betawi. Tidak heran akhirnya saya tahu tentang kehidupan masyarakat Betawi.
Sudah
lama sebenarnya kajian ini saya perhatikan. Berbagai macam ragam
analisis dan tafsir saya dapati tentang asal-muasal nama tersebut, ada
yang mengatakan jika Betawi berasal dari kata BATAVIA (terutama mereka
yang bermazhabkan ilmuwan penjajah Belanda), hanya dengan alasan karena
karena tidak bisa menyebut kata KATA BATAVIA, maka keluarlah kata
BATAVIA sebagai harga mati dari asal usul nama Betawi (padahal teori ini
belum tentu benar). Ada juga yang mengatakan tidak etis (disini malah
ada kesan penilaian yang sembrono dengan mengatakan bahwa betawi dari
kata-kata BAU TAI, tentu istilah seperti ini tidak berdasar dan
ngawur, dalam bahasa Betawinya ini orang “asal jeplak”). Istilah Betawi
berasal BAU TAI yang kemudian dihubungkan dengan sejarah pasukan
Mataram yang dihujani senjata “kotoran” manusia pada perang MATARAM dan
VOC ditahun 1629 adalah hal yang patut dikritisi. Selain daripada yang
disebut ini Betawi juga dikaitkan dengan nama bangunan, gelang dan juga
nama jenis pepohonan, dll.
Ada
juga yang mengatakan jika Betawi berasal dari Bahasa Arab karena
banyaknya Ulama dahulu yang memakai AL BATAWI dibelakang namanya seperti
SYEKH JUNAID AL BATAWI (1740 – 1840) dan masih banyak lagi tafsir dan
berbagai analisis yang dilakukan oleh para Sejarawan ataupun Budayawan
Jakarta seperti Ridwan Saidi (Budayawan Nyentrik), Alwi Shihab (Habib
yang faham luar dalam tentang Jakarta), JJ Riza l(sejarawan muda dari
UI), Abdul Aziz (Tesisnya tentang Betawi), SM Ardan (penulis beberapa
novel betawi), Lince Castle (Guru besar dari Australia yang berani
mengambil kesimpulan bahwa Betawi keturunan Budak), Prof Dr. Yasmin
Shihab (budayawan dari UI), Muhajir, Abdul Chaer (Penulis Forklor
Betawi), Firman Muntaco (penulis Buku Gambang Jakarte), A J Heukuen
(penulis sejarah Jakarta dari Jerman), Al Katiri, Sagimun MD (penulis
buku Sejarah Jakarta), Zaidin Wahab (penulis cerita Betawi di Pos Kota
tahun 80an), Misbah Yusran (seniman Senen), dll.
Semua
sudah banyak yang memberikan teorinya dan masing-masing teori punya
argumen. Namun jika ditanyakan secara pribadi, saya orang yang paling
tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan jika BETAWI itu identik
dengan kaum keturunan budak ! Jelas kesimpulan seperti ini tidak benar!
Mengatakan bahwa Betawi keturunan budak seperti yang pernah dikatakan
CASTLE ditahun 1967 menandakan jika ia tidak belajar sejarah JAYAKARTA
yang asli. Jika ia mengacu pada sumber sejarah yang berasal dari
keterangan keterangan Belanda ataupu nPortugis sudah tentu mereka pasti
mengatakan jika nama BETAWI itu tidak pernah ada, yang ada hanyalah nama
BATAVIA. Nama Batavia seolah menjadi harga mati bahwa Betawi itu
berasal dari Kata Batavia.
Pernyataan
seperti ini jelas perlu dipertanyakan kembali, apakah memang benar
BETAWI berasal dari kata BATAVIA? Beberapa keturunan Jayakarta bahkan
juga mempertanyakan, apa motif sebenarnya ketika ada beberapa fihak
"ngotot" menisbatkan nama Betawi kepada Batavia?. Tidak jarang banyak
juga fihak keturunan asli Betawi geregetan dengan teori ini, karena jika
nama Betawi dikaitkan dengan Batavia itu berarti seolah “mengesahkan”
teorinya Castle yang mengatakan jika orang Betawi adalah keturunan
Budak!. Bahkan saking kesalnya dengani istilah BATAVIA ini, salah
seorang BUDAYAWAN BETAWI yang juga cucu dari KH RATU BAGUS AHMAD SYAR’I
MERTAKUSUMA yaitu BABE GUNAWAN SEMAUN MERTAKUSUMA, pada satu pertemuan
BUDAYAWAN di TAMAN ISMAIL MARZUKI (TIM) ditahun 80an beliau bercerita,
bahwa dalam pertemuan tersebut ada orang yang mengaku dirinya “Seniman
Betawi” bertanya kepada beliau dengan basa basi diplomasi, katanya : “
Saya termasuk orang yang setia mengikuti tulisan anda pada rubrik
“tertentu” dari beberapa Harian di Jakarta, sungguh saya kagum,
tapi…….seandainya anda sudi bertoleransi untuk mau menyepakati bahwa
BETAWI berasal dari BATAVIA anda akan memperoleh Keuntungan ganda”. Babe
Gunawan bertanya, “Mengapa Begitu?” orang tersebut menjawab “Ya, pasti
Pemerintah Nederland suka memberikan dana untuk mempopulerkan keahlian
anda”. Babe Gunawan dengan ketus menjawab: “Masalah Kebudayaan dan
Kesenian adalah masalah MORALITAS BANGSA INDONESIA!, dan ini bukan
masalah uang!. Saya Khawatir esok Peradaban bangsa akan bisa dibeli
dengan uang! Dalam beberapa catatan yang lain BABE GUNAWAN juga bahkan
dengan bimbang menulis kekhawatiranya tentang Betawi ini, menurutnya
“Kaum Betawi seolah-olah telah menjadi keturunan Asing dinegerinya
sendiri, sehingga beberapa fihak dengan enaknya pernah mencemooh Kaum
Betawi”. Oleh Karena itu menurut beliau generasi Betawi yang sekarang
ini wajib mempunyai dokumentasi sejarah.
Lantas
bagaimana dengan tulisan-tulisan dari Kaum Asli Jayakarta itu sendiri?
Bagaimana menurut catatan para pencatat sejarah Jayakarta tentang
istilah Betawi itu? Tentu sebagai fihak-fihak yang paling berseberangan
dengan penjajah, sumber-sumber dari mereka ini tidak pernah diakui
keberadaannya. Namun jangan salah, sekalipun sumber sejarah keturunan
Jakarta ini tidak diakui oleh sejarawan belanda dan juga para
“pengikutnya”, mereka para pencatat sejarah Jayakarta terus secara
istiqomah mencatat perjalanan sejarah Kota Jayakarta beserta tokoh-tokoh
Jayakarta. Sejak berdirinya Negeri Jayakarta oleh Fattahillah ditahun
1527 Masehi, pencatatan terus dilakukan, bahkan sejak Kraton Jayakarta
diambil alih oleh JAN PIETERZOON COEN pada tanggal 31 Mei 1619 Masehi,
pencatatan sejarah Jayakarta tidak berhenti. Sekalipun keluarga
Jayakarta hijrah keberbagai wilayah pedalaman Jayakarta, pencatatan
terus dilakukan. Pencatatan itu sendiri dilakukan oleh para Ketua
Lembaga Keadatan Jayakarta. Para Musonif Jayakarta inilah yang kemudian
secara rahasia menulis tentang perjalanan sejarah kota Jayakarta sampai
dengan tahun 1954
Inilahdari beberapa catatan mengenai apa itu sebenarnya BETAWI.
1.Catatan
tentang Betawi ini diturunkan dari naskah SILSILAH SYAR’I yang
terdapat dalam Kitab Al Fatawi, dimana memang lebih banyak mengungkapkan
sejarah Kaum Betawi, sebab pusat perjuangan Perjuangan Perintis
kemerdekaan Indonesia sampai kepada titik tolak pencetusan Revolusi
Fisik yang berada di Kawasan Jayakarta.
2.Untuk
memberikan kesadaran kepada masyarakat umum bangsa Indonesia, bahwa
kaum Betawi itu bukan GENERASI BUDAK-BUDAK VOC/BELANDA. Generasi Betawi
adalah berasal dari Kesatria Jayakarta dan Para Pemangku Keadatan
Jayakarta yang dahulunya lebih terkenal dengan nama BETUWE. Asal usul
nama BETAWI itu sendiri sebenarnya dari:
a.FATAHWI= Artinya Kaum Yang Menang, berasal dari Pengikut Al Haj Fattahillah (PENDIRIKOTA JAKARTA).
b.Pada
tahun 1552 Masehi, Kepangeranan (Kerajaan) Jayakarta di Marunda (kini
berada diJakarta Utara) telah berpindah ke areal tepi Muara Ciliwung
Bagian Barat. Orang-orang FATAHWI itu turut menjadi penghuni “KERATON
JAYAKARTA”. Mereka diberikan tugas sebagai FATAWA, yang fungsinya sama
dengan pekerjaan MUFTI.
c.Dari
asal kata FATAWA itulah menjadi BETUWE dan kemudian berbunyi BETAWI
pada waktu dituliskan dengan ARAB MELAYU (HURUF ARAB YANG TIDAK
BERBARIS).
d.KAUM
BETAWI adalah nama manusia yang menjadi masyarakat Jayakarta
,sedangkan JAYAKARTA adalah nama tempat. Berasal dari JAYA dan KARTA
atas pemberian SULTAN TRENGGONO di DEMAK. Perlu diketahui ALHAJ
FATTAHILLAH mengusulkan nama FATHAN MUBINAN atau kemenangan yang nyata
atau KEMENANGAN SEMPURNA, jadi nama JAYAKARTA bukanlah nama manusia.
e.KAUM
BETAWI telah berhasil memegang “KUNCI” perjuangan mengusir penjajah
Belanda sejak zaman VOC s/d jaman NEDERLANDS INDIE atau NICA.
f.JONG
BATAVIEREN bukan nama KAUM BETAWI. JONG BATAVIEREN adalah musuhnya KAUM
BETAWI. Sebab jika KAUM BETAWI bisa kalah dengan golongan JONG
BATAVIEREN, maka NUSANTARA INDONESIA ini akan tetap memakai nama
BATAVIA. Contoh PHILIPINA dan masyarakat MELAYU di SINGAPURA yang
jumlahnya sangat minim dibandingkan dengan golongan Peranakan China dan
India.
3.BATAVIA
berasal dari nama sebuah desa di NEGERI BELANDA, yaitu berasal dari
kataBATOHAVE kemudian menjadi BATAFKAMP. NAMA BATAVIA baru ada pada
tanggal 24Maret 1620 Masehi, dimana JAN PIETERZOON COEN telah dipaksa
oleh orang-orang BATAF “DE HEEREN VAN ZEVENTIEN” untuk memberikan nama
INDIE menjadi BATAVIA. Pada mulanya JAN PIETERZOON COEN tidak setuju,
dia lebih sukan memakai nama NEW HORN yaitu asal kampung kelahirannya di
VAN HORN BELANDA. Mengenai nama BATAVIA sendiri terdapat di beberapa
tempat:
a. Orang-orang
Belanda yang turut menjelajah Benua Amerika telah memberikan nama
BATAVIA di Empat kota di Amerika Serikat yaitu:
1).BATAVIA di ILLINOIS (bagian NEW YORK)
2).BATAVIA di IOWA
3).BATAVIA di OHIO
4).BATAVIA di bagian NEW YORK.
Istilah BATAVIA disana tetap utuh BATAVIA tidak menjadi BATAVI.
b.Seluruh
NUSANTARA memakai nama BATAVIA sampai di zaman G.J. W.H . Daendels dan
Inggris (BATAFIASCHE REPUBLIK). Perhatikan surar-surat VOC sejak abad
keXVII yang berstempel “SIGILIUM URBIS BATAVIAE”, sedangkan nama JACETRA
untuk kawasan KOTA INTEN s/d GLODOK tetap memakai JACETRA, barulah
pada zaman DAENDELS ada pelebaran s/d wilayah Gambir Jakarta Pusat.
4.KAUM
BETAWI 100 % beragama Islam, tetapi tidak berperadaban ARAB. Sejak ada
Kaum Betawi peradabannya adalah dikenal dengan nama PAPAT KALIMA PANCER
(Mirip Pancasila), juga bukan Seni Budaya Arab, tetapi Seni Budaya
Betawi. PAPAT KALIMA PANCER adalah ajaran yang dikembangkan oleh
Fattahillah. Sejak dulu segenap Penghulu Adat Kaum Betawi telah
menyatakan bahwa Panca Sila itu justru merupakan ajaran dari
Fattahillah.
5.Pernyataan
bahwa BETAWI atau BETUWE (Fatawe/Fatawi) juga terdapat dalam kata
Sambutan KETUA UMUM YASAYAN JAKARTA, Drs Asmawi Manaf SH dalam buku
Wangsa Aria Jipang Jayakarta. Beliau mengatakan bahwa KAUM BETUWE
(Fatawe/Fatawi) adalah binaan Fattahillah, KAUM BETUWE (Fatawe/Fatawi)
adalah cikal bakal Kaum Betawi, maka kota Jayakarta (kini Jakarta) terus
berkembang menuruti kodrat Kebetawian sampai pada zaman ini, Kaum
Betawi adalah MUSLIM, Kaum Betawi adalah Pejuang yang tidak pernah bisa
dipatahkan oleh system penjajahan apapun di bumi Nusantara Indonesia.
KESIMPULANKRONOLOGIS NAMA BETAWI
FATAHWI → FATAWA → BETUWE →BETAWI/BETUWI (karena penulisan huruf Arab)
SUMBER : https://www.facebook.com/iwan.raraumay
1.KH
Ratu Bagus Ahmad Syar’I Mertakusuma, KItab Al Fatawi (Kitab Sejarah dan
Silsilah Jayakarta), Penerbit Majelis Keadatan Al Fatawi Jayakarta,
(1954, penulisan terakhir).
2.Iwan Mahmud Al Fattah, Manaqib Syekh Junaid Al Batawi, Penerbit Majelis Dakwah Walisongo Jakarta, 2014.
3.Ratu Bagus Gunawan Semaun Mertakusuma, Tafsir dan Intisari Al Fatawi, Penerbit Al Fatawi Jakarta, 1982.
4.Ratu
Bagus Gunawan Semaun Mertakusuma, Sejarah Singkat Keorganisasian
Masyarakat Kaum Betawi, Penerbit Al Fatawi Jakarta, 1986.
5.Ratu Bagus Gunawan Semaun Mertakusuma, Kitab Petunjuk Tentang Disiplin Ilmu Adat, Penerbit Al Fatawi Jakarta, 1992.
6.Ratu Bagus Gunawan Semaun Mertakusuma, Wangsa Aria Jipang di Jayakarta, Penerbit Agapress Jakarta, 1986.
7.Arsip
Para Pendiri Iwarda (Ikatan Warga Asli Jakarta, kini menjadi Ikatan
WargaJakarta), AD/ART Iwarda, Penerbit Iwarda Jakarta, 1980.